Lahir dengan nama K.H. Muhammad Thahir
atau lebih populer dengan sebutan Imam Lapeo lahir di Tinambung pada thn
1838. Nama Lapeo sendiri diambil dari nama kampung di Kecamatan
Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Sekitar 290 Km dari Makassar.
Imam Lapeo :
seorang imam di desa lapeo yang sederhana dan menyebarkan agama Islam
sampai ketanah bugis. sering memperlihatkan mukzisat dari sang Kuasa,
Daerah Mandar sendiri dulunya dikenal dengan ilmu magic-nya, animisme
dan kemusyrikan Imam Lapeo-lah yang meluruskan jalan sesat mereka.
Imam Lapeo sukses menyadarkan
perilaku-perilaku buruk mereka, dan inilah yang menjadi salah satu
alasan nama masjidnya yang dikenal sampai sekarang dengan sebutan Mesjid
Jami’ At-Taubah Lapeo, kemudian dialihkan namanya mesjid Nuruttaubah
Lapeo.
Dalam menyebarkan agama Islam berbagai
cara yang ditempuh oleh Imam Lapoe, dimana ia menarik perhatian
masyarakat atau orang disekitarnya dalam mengajarkan agama, secara
bartahap beliau mengikuti kebudayaan-kebudayaan yang dilakukan oleh
masyarakat tersebut.
Beliau mengajak masyarakat sekitar
membangun mesjid tetapi dalam kenyataannya tak semudah dibayangkan. Imam
Lapeo harus berhadapan dengan maraknya perjudian, ramainya warga Mandar
yang masih mabuk-mabukkan dengan minuman kebanggaannya adalah Manyang
Pai’. (Tuak).
Masyarakat sendiri secara bertahap
menghilangkan kebiasaan yang mereka lakukan. Bukan hanya dengan mengajak
masyarakat di sekitarnya membangun mesjid Imam Lapeo juga sering
bertamu di rumah masyarakat jika sedang berjalan-jalan dan juga
terkadang masyarakat mendatangi rumah beliau untuk meminta doa dan
petunjuk jika ada masalah yang mereka hadapi atau mempunyai keiinginan.
Beliau juga terkenal dengan sikap dermawannya sampai-sampai beliau
berhutang jika ada masyarakat yang memerlukan bantuan.
Berbagai cara dan upaya telah
dilakukannya beliau untuk menyampaikan dan mewujudkan risalah dan
nilai-nilai Islam yang benar kepada ummat Islam di Mandar, yang sudah
ter-Isalamkan sejak abad ke 15 di jaman Ammara’diang Kakanna I Pattang
Daetta Tommuane oleh usaha Ulama Abdul Rachman Kamaluddin bergelar
Tosalama di Binuang.
Walaupun kiprah dan perjuangan Imam
Lapeo sering di reduksi dan dibumbui dengan hal-hal yang berbau
Supranatural seperti cerita tentang kemampuannya berada di dua tempat
sekaligus ; menaklukkan para tukang Doti, bahkan intelektual sekelas
Emha Ainun Najib meyakininya kisah-kisah Imam Lapeo.
Ada banyak nelayan Mandar yang percaya,
bila terhadang badai di tengah laut, mengingat sang panrita untuk
kemudia memanggil namanya adalah salah satu cara menaklukkan badai. Ya,
itulah salah satu bentuk betapa orang Mandar menganggap Imam Lapeo
sebagai ulama ber-karamah. Banyak rumah di Mandar memasang fotonya di
dinding rumah. Dan banyak kasus, foto ukuran kecilnya dijadikan jimat
(disimpan di dalam dompet).
Berikut Biographi singkat serta beberapa
kisah kharomah yang dialami oleh K. H. Muhammad Thahir (Imam Lapeo)
yang juga terkenal dengan sebutan Tosalama’ Iman Lapeo.
Pada masa kanak-kanaknya, oleh orang
tuanya memberikan nama kepada Imam Lapeo yaitu Junaihim Namli. Sejak
kecil ia dikenal masyarakat sebagai anak yang patuh dan taat kepada oran
tua, beliau dikenal jujur, pemberani, dan punya kemauan yang sanga
keras.
K. H. Muhammad Tahir Iman Lapeo berlatar
belakang keluarga yang taat beragama. Bapaknya bernama Muhammad bin
Haji Abdul Karim Abtalahi, disamping bekerja sebagai petani dan nelayan,
juga menjadi guru mengaji Al Quran.
Guru mengaji handal yang diwariskan oleh
nenek K. H. Muhammad Iman Lapeo yaitu H. Abd. Karim Abtallahi (juga
populer dengan nama Nugo kepada anaknya, Muhammad). Nenek Iman Lapeo
salah seorang penghafal Quran yang terkenal dizamannya. Istrinya bernama
St. Rajiah, yang menurut silsilah keturunannya berasal dari keturunan
Hadat Tenggelang (Tenggelang, suatu daerah yang berstatus distrik dalam
wilayah pemerintahan swapraja Balanipa dahulu, sekarang termasuk
pemerintahan wilayah Kecamatan Campalagian).
Latar belakang yang taat beragama inilah
yang sangat berpengaruh dalam proses perkambangan jiwa K. H. Muhammad
Tahir Imam Lapeo dan mewarnai kehidupannya sejak beliau kanak-kanak.
Sebagai seorang anak nelayan ia telah terbiasa dengan arus dan gelombang
laut ketika menemani ayahnya mencari ikan. Tidak mengherankan sejak
umur 15 tahun beliau telah berani mengikuti pamannya Haji Bukhari ke
Padang, Sumatra Barat berdagang lipa’ sa’be (sarung sutra).
Pada umur 27 tahun Muhammad Tahir
dikawinkan oleh gurunya Sayid Alwi Jamalullil bin Sahil (seorang ulama
besar dari Yaman) dengan seorang gadis bernama Nagaiyah (kemudian
berganti nama menjadi Rugayah). Pada perkawinan inilah nama Junahim
Namli diganti oleh gurunya (Sayid Alwi) menjadi Muhammad Thahir, nama
yang dikenal sampai sekarang.
Di bidang pendidikan, pendidikan
formalnya tidak menonjol. Dalam mengikuti pendidikan non-formal ia lebih
tertarik pada pelajaran-pelajaran agama Islam. Di usia kanak-kanaknya
Junahim Namli telah khatam Al Quran beberapa kali melampaui teman-teman
sebayanya. Menjelang usia remaja, ia lebih memperdalam bahasa Arab
seperti nahwu syaraf di Pambusuang. Lalu dia pergi ke Pulau Salemo (masa
itu sangat terkenal sebagai tempat pendidikan pesantren yang melahirkan
para ulama di bawah bimbingan ulama besar dari Gresik, Jawa Timur)
menimba dan menambah ilmu-ilmu agama Islam. Beberapa tahun ia tinggal
disalemo.
Kemudian ia pergi ke Padang, Sumatra
Barat dan tinggal selama 4 tahun menambah ilmu. Sesudah itu melanjutkan
perjalanannya ke Mekah menuntut ilmu agama, mendatangi ulama besar
memperdalam ilmu fikih, tafsir, hadits, teologi dan lain-lain. Ia
tinggal di Mekah beberapa tahun lamanya.
Dalam perjalanan K.H. Muhammad Tahir
Iman Lapeo mengembangkan dakwah Islam, ia telah melakukan perkawinan
sebanyak enam kali. Perkawinan ini didasarkan kepada kesadaran K. H.
Tahir Imam Lapeo bahwa kawin dengan bersandarkan syariat Islam adalah
merupakan strategi dakwah yang sangat efektif dalam mengenbangkan dan
atau menyebarkan agama Islam. Hal itu ditandai dengan kenyataan,
beberapa istrinya berasal dari keluarga elit dalam masyarakat Mandar
dizamannya yang dianggap sangat bisa menunjang perjuangan dakwahnya.
Istri pertama bernama Rugaya melahirkan
keturunan 8 anak yaitu: St. Fatima, St. Hadiyah, Muhammad Yamin, Abd.
Hamin, Muhammad Muchsin, St. Aisyah, St. Marhumah.
Istri kedua, Sitti Khalifah, tidak
melahirkan keturunan. Istri ketiga Sitti Khadijah, melahirkan satu orang
anak yaitu Najamuddin, dan yang istri keempat Sitti Attariah, tidak
melahirkan anak. Keempat istrinya itu adalah putri-putri tokoh
masyarakat.
Dalam meluncurkan visi misi dakwah ke
daerah Mamuju ia diangkat menjadi Kali ‘Kadi’ Kerajaan Tappalang
(sekarang dalam wilaya Kecamatan Tappalang, Kabupaten Mamuju).
Di Mamuju K. H. Muhammad Tahir Imam
Lapeo mengawini seorang putri sayid yang bernama Syarifah Hamidah tetapi
tidak melahirkan keturunan. Pada perkawinan yang terakhir dengan Sitti
Amirah melahirkan empat orang anak yaitu Abdul Muttalib, Siti Ssabannur,
Siti Asiah dan Siti Aminah.
Putra-putri K. H. Muhammad Thahir Imam
Lapeo sebagian besar melanjutkan usaha bapaknya mengabdi untuk
kepentingan agama Islam. Salah seorang putrinya yang bernama Hj. Aisyah
Tahir, populer dengan panggilan Ummi Aisyah, adalah tokoh wanita
Sulawesi Selatan pernah memimpin Muslimat Nahdatul Ulama, yang menjelang
akhir hayatnya Ummi Aisyah dikenal sebagai wanita yang memiliki
kemampuan metafisik yang lebih.
K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo
menghembuskan nafas terakhir dengan tenang dalam usia 114 tahun, pada
hari Selasa 27 Ramadhan 1362 H. Bertepatan tanggal 17 Juni 1952 di Lapeo
(sekarang wilayah kecamatan Campalagian, kabupaten Polewali Mandar).
Dimakamkan di halaman mesjid Nur Al-Taubah di Lapeo (mesjid yang di
kawasan Mandar dikenal juga dengan sebutan Masigi Lapeo ‘Mesjid Lapeo’
yang terkenal dengan menaranya).
Makam K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo
sampai sekarang banyak dikunjungi oleh masyarakat yang datang dari
berbagai daerah Mandar, dan daerah-daerah lain dari luar Mandar.
K. H Muhammad Thahir Imam Lapeo terkenal
juga dengan gelar To Salamaq Imam Lapeo. Dalam bidang tasawuf dan
tarekat, K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo mengacu kepada tasawuf dan
tarekat Syadziliah.
Berikut ini beberape kisah kekeramatan
To Salamaq Imam Lapeo yang dipercaya kebenarannya oleh sebagian besar
masyarakat Mandar dahulu.
1. Pembangunan Mesjid
Waktu itu sekitar tahun 60an Masjid
Lapeo sedang dibangun disamping makam lapeo namun terhambat masalah dana
akhirnya tidak lama kemudian datang beberapa unit truck dari makassar
membawa semen pasir dan beberapa bahan bangunan warga sekitar heran
karena tidak ada satupun dari mereka yang memesan apalagi dana tidak
ada.mereka memutuskan untuk membicarakannya di rumah salah satu warga di
sana,ketika ditanyakan tentang siapa orang misterius yang memesan bahan
bangunan ini,si supir mengatakan bahwa yg memesan adalah seorang kakek
berpakaian serba putih bersorban dan kebetulan si supir melihat foto
imam lapeo yang ada di lama rumah warga tersebut,dan mengatakan bahwa
orang itulah yang memesan bahan bangunan.
2. Tempat Imam Lapeo Berkhalawat
Narasumber mengetahui ada 2 tampat imam
Lapeo berkhalawat yang di kebun dan sebidang tanah yang terletak di
Paccini. Tempat ini telah didirikan sebuah rumah dan ada kejadian yang
diluar jangkauan manusia yakni penghuni rumah tersebut satu persatu
meninggal dunia. Dan orang-orang pun memberi tanda tempat Khalawat Imam
Lapeo untuk tidak dihuni.
3. Turun Dari Mobil Untuk Sembahyang.
Suatu hari dalam perjalanan menuju
Makassar, tiba waktunya untuk shalat Dzuhur dan beliau menyuruh sopir
mobil untuk berhenti sejenak untuk melaksanakan shalat, namun sopir
mobil tidak rela menghentikan mobilnya jika sewa mobil tidak dibayar
agar dapat melanjutkan perjalanan ke Makassar. Belia pun membayarnya dan
turun bersama rombongannya untuk menunaikan shalat Dzhuhur, kemudian
mobil tersebut melanjutkan perjalanannya namun dalam perjalanan mobil
tersebut tiba-tiba macet, mobil tidak bisa jalan, setelah shalat Imam
Lapeo beserta rombongan berencana melanjutkan perjalanan mereka dengan
berjalan kaki, dalam perjalanan mereka bertemu dengan mobil yang mereka
tumpangi dalam keadaan macet, penumpang dalam mobil tesebut berkata
inilah tadi teman kita yang singgah untuk shalat, Imam Lapeo pun naik
diatas mobil tersebut tidak lama kemudian mobil tersebut bisa jalan dan
normal seperti semula.
4. Gema Teriakannya Di Telinga Pencuri.
Suatu hari ada seseorang memasuki
kebunnya di Galung Lampu, berencana untuk mencuri buah-buahan yang
didalamnya yakni memanjat pohon kelapa. Tiba-tiba terdengar teriakan
Imam Lapeo, sementara beliau tidak ada dikebun, orang tersebut lari
sekencangnya suara tersebut masih terdengar : To bibo….to bibo… to bibo.
Dia pun tidak bisa tidur dengan mendengar suart tersebut hingga dia
pun mendatangi beliau dan menjelaskan apa yang telah terjadi dan
memohon maaf kepada beliau juga meminta agar diobati. Orang tersebut
dioabati dan sudah merasa tenang.
5. Pernah Diberkati Jadi Professor
Seorang Professor bercerita:
Dia berasal dari Sindereng 8 bersaudara
dia merupakan anak bungsu. Ayahnya meninggal sewaktu masih kecil. Pada
suatu hari ibunya mendatangi seorang ulama tentang anak-anaknya apakah
ada bayangan kebaikan, sebab peninggalan ayahnya hanya sebidan tanah
yang tidak terlalu luas. Ulama itupun menyarankan untuk mendatangi Imam
Lapeo yang ada di Mandar. Katanya ambillah sebahagian kemampuanmu untuk
dapat mendatanginya. Diapun kerjakan sebagiamana saran ulama tadi.
Sewaktu bertemu Imam Lapeo memperhatikan
kedelapan anak-anak itu lalu menunjuk bahwa anak bungsu ini nanti akan
sukses, peliaharalah dia dengan baik dan saya doakan.
Ternyata dia sekarang jadi dosen di IAIN Alauddin Makassar.
6. Mengembalikan Peliharaan yang hilang.
Kawu, seorang tua dari Kelurahan
Tinambung, kabupaten Polmas menuturkan bahwa pernah suatu hari kuda
peliharaanya hilang. Sudah satu minggu lebih dicari kuda yang hilang
itu, belum juga ditemukan. Maka ia menemui K.H Muhammad Thahir Lapeo
mohon didoakan agar kuda itu dapat ditemukannya.
To Salamaq Imam Lapeo memejamkan lalu mengangkat tangannya sambil
berdoa, ia berkata kepada Kawu, bahwa kuda yang dicari sekarang dalam
perjalanan pulang kekandangnya. Jawaban tersebut membuat si empunya kuda
tercengang, dan segera pamit pulang. Apa yang terjadi? Sesampainya
dirumah dai menemukan kudanya benar-benar sudah ada dikandangnya.“ Kuda
itu datang sendiri “, kata istri pemilik kuda tersebut.
7. Membayar Hutang
Peristiwa lainnya dituturkan oleh
informan bahwa suatu hari K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo ingin mambayar
hutang karena waktu yang disepakati telah sampai. Hutang tersebut adalah
harga bahan-bahan bangunan Mesjid Nur Al- Taubah Lapeo yang dipinjam
oleh beliau untuk perluasan bangunan Mesjid. Tetapi sampai pada malam
hari To Salamaq Imam Lapeo belum juga mempunyai uang., sementara
besoknya hutang itu harus dibayar.
Lalu, malam itu juga ia mengajak putranya Muchsin Thahir beserta kusir
bendi berangkat ke Majene menemui H.Hasan, pedagang yang memberi utang
kepada panitia pembangunan mesjid dengan maksud minta perpanjangan waktu
peminjaman. Dalam perjalanan dari Lapeo menuju Majene, semua mesjid
yang dilewati disinggahi untuk melaksanakan shalat sunnah, antara lain
mesjid-mesjid Karama,Tangnga-Tangnga, dan Tinambung. Dari Tinambung
beliau terus ke Limboro dan Lembang-Lembang. Di kedua mesjid itu ia
melakukan shalat agak lama.
Menjelang subuh hari baru ia putranya meneruskan perjalanan ke Majene.
Dalam perjalanan antara Lembang-Lembang dan Tinambung tiba-tiba ia
ditahan oleh seseorang yang sama sekali tidak di kenalnya. Orang itu
memberikan suatu bungkusan sebagai oleh-oleh kepada To Salamaq Imam
Lapeo.
Lalu diperintahkannya kepada anaknya(Muchsin Thahir) yang menyertainya
malam itu mengambil bungkusan tersebut. Perjalanan ke Majene
dilanjutkan. Setelah sampai di rumah H.Hasan di Majene bungkusan
tersebut dibuka. Apa isinya? Ternyata, sejumlah uang pas-pas dipakai
membayar hutangnya kepada H.Hasan.
8. Menyembuhkan Penyakit
Dituturkan pula bahwa di Lapeo pernah
berjangkit suatu penyakit yang sangat ganas dan berbahaya. Penyakit
tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan tradisional maupun
medis modern pada saat itu. Menurut informan, saking ganasnya penyakit
itu sehingga dalam satu hari diperkirakan 3 sampai 5 orang yang
meninggal akibat penyakit tersebut. Keadaan seperti ini sangat
meresahkan dan menggelisahkan masyarakat. Rakyat mengadu kepada To
Salamaq Imam Lapeo. Mendengar semua pengaduan tersebut K.H Muhammad
Thahir sangat prihatin.
Di perintahkannya menyiapkan sebuah tempayan berisi air minum. Setelah
itu K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo memejamkan mata seraya
mengangkat tangannya berdoa kepada Allah, kemudian diludahinya air
tempayan tersebut tujuh kali. Air yang telah diludahnya itu diminumkan
kepada penderita yang terkena penyakit aneh tersebut.
Berkat pertolongan Allah swt., mereka yang sempat meminum” air obat ” To
Salamaq Imam Lapeo semuanya sembuh, dan penyakit tersebut tidak
mengganaskan lagi.
9. Menolong Orang Yang Tenggelam
Pernah suatu saat, ketika K.H Muhammad
Thahir Imam Lapeo sementara memberikan pengajian, tiba-tiba pengajian
dihentikan beberapa saat. To Salamaq Imam Lapeo keluar ke teras, lalu
menatap ke angkasa raya seraya tangannya dilambai-lambaikan. Setelah itu
beliau masuk kembali akan melanjutkan memberikan pelajaran kepada
murid-muridnya.
Sebelum pengajian dilanjutkan kembali, salah seorang muridnya bertanya
tentang apa yang barusan To Salamaq Imam Lapeo kerjakan. Beliau menjawab
bahwa dia menolong sebuah perahu yang hampir tenggelam di tengah laut
karena serangan badai dan amukan ombak besar. Beberapa hari kemudian,
seorang tamu dari Bugis datang ke rumah To Salamaq Imam Lapeo
mengucapkan terima kasih.
Menurut pengakuannya bahwa perahunya hampir tenggelam beberapa hari yang
lalu di sekitar pulau-pulau Pangkajene. Yang menolongnya adalah K.H
Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo yang tiba-tiba dilihatnya datang
berdiri di baguan kepala perahunya. Seketika itu juga ombak menjadi
tenang, dan badai pun reda.
10. Dalam keadaan lapar dan Haus Makanan datang
Pada suatu hari, dengan ditemani
beberapa muridnya, K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo sedang menuju ke suatu
kampung. Mereka berjalan kaki menyusuri pinggir kali menuju ke hulu.
Menjelang sore hari mereka berjalan terus. Mereka belum makan siang
karena sejak berangkat tadi belumprnah melewati perkampungan penduduk.
Di manakah mereka akan makan, sementara lapar haus sudah terasa?
Tapi K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo mengatakan supaya mereka
sabar. Tak berapa lama kemudian,di tempat yang begitu sunyi sepi,
tiba-tiba mereka melihat suatu rakit kecil yang sedang hanyut ke hilir.
Di atas rakit kecil itu tersedia berbagai jenis makanan seperti
nasi,ketan,lauk bersama ayam panggang. Mereka mengambil makanan tersebut
dan menikmatinya. Selanjutnya K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo bersama
pengikutnya/muridnya melanjutkan perjalanan menuju kampung tujuan.
Wafatnya Imam Lapeo
Menjelang kematiannya, Imam lapeo
berpesan supaya disediakan batang pisang sebelah menyebelah (pihak kanan
dan pihak kiri) sebagai tempat bersandar saya bicara dengan
mungkar-nakir. Pagi pada hari selasa beliau wafat dan besok siang
barulah dimakamkan. Penulis pada waktu itu berumur 8 tahun menyaksikan.
Awan mendung dan tangisan para pelayat
mayat beiau tambah lama semakin kecil. Jasadnya disemayamkan di rumah di
mandikan di Mesjid Lapeo.
Menurut mahyuddin sewaktu di usung,
jenazah sangat ringan seakan-akan tidak ada kecuali kain, merekapun
masygul. Ketika disuapi dengan tanah pada bagian kepala mereka
menyaksikan jasad didalam kain kafan. Setelah menyuapi terdengar di
telinga mereka suara batuk.
Pesan yang paling dia utamakan kepada
masyarakat lapeo adalah selalu berkata jujur, dan pesan lainnya adalah
melaksakan shalat dan ibadah lainnya.
Pandangan Masyarakat Terhadap Imam Lapeo (K.H. Muhammad Thahir)
Menurut Masyarakat yang sempat kami
wawancarai bahwa sahnya imam lapeo merupakan tokoh agama yang terkenal
dengan kekaromahannya, biasanya masyarakat banyak datang mengunjungi
makamnya jika mempunyai hajatan namun dalam berdoa mereka meminta kepada
Allah S.W.T. dan beliau mengatakan bahwa banyaknya dana merupakan
sumbangan dari beliu sampai sekarang. (dikarenakan banyak pengunjung
yang memasukkan uang ke kotak amal berkisar sebanyak Rp 3.000.000,-/
harinya).