Apabila seseorang masuk Islam kemudian baik ke-Islamannya,
maka ia tidak disiksa atas perbuatannya pada waktu dia masih sebelum Islam,
bahkan Allah Azza wa Jalla akan melipatgandakan pahala amal-amal kebaikan yang
pernah dilakukannya. Subhanallah inilah kisah yang dialami oleh ibu Yoyoh
Rokayah (84) yang telah diberikan hidayah-Nya, belum lama ini ibunda dari Hj.
Nelih menjadikan Islam sebagai agama dan keyakinannya.
Segala puji hanyalah bagi Allah, Dia yang membolak-balikkan
hati seseorang dan mengetahui ketetapan hati tiap hamba-Nya. Maka tiada sulit
bagi Allah Swt. untuk memberikan hidayah kepada siapapun yang dikehendaki-Nya.
“Asyhadu alla ilaaha illallah Wa Asyhadu anna muhammadar Rasulullah“ (Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Swt., dan Muhammad
adalah Rasul-Nya). Dengan dibimbing ustad Aam Amiruddin, lafazh syahadat itu
diikrarkan ibu Yoyoh, hari Sabtu (30/04/11), di masjid Al-Munajat komplek
Batununggal Mulia X.No.11 Bandung. Menjelang Magrib itu, rasa syukur dan haru
meliputi suasana yang khusyuk dan penuh rahmat-Nya.
Dalam sambutannya, Ibu Hj. Nelih mengutarakan dengan penuh syukur
bahwasannya Allah Swt. telah memberikan pintu hidayah-Nya kepada ibunda
tercinta. “Alhamdulillah. Ibunda masuk Islam dengan keinginannya sendiri tanpa
ada paksaan dari siapa pun. Saya sendiri yang satu-satunya memeluk Islam di
keluarga tidak berani memaksanya. Karena saya paham bahwa Islam melarang
hamba-Nya untuk memaksakan seseorang untuk meyakini Islam sebagai agamanya,”
ungkapnya.
Kata Hj. Nelih, ibunda masuk Islam bukan tanpa proses panjang dan berliku.
Sejak awal, di masa Hj. Nelih pertama masuk Islam tahun sembilan puluhan memang
mengharapkan ibunda juga memeluk Islam. Tapi bukan perkara mudah baginya untuk
mengajaknya secepat itu, sebab kakaknya yang lain—yang berbeda keyakinan pasti
tidak akan menyetujuinya.
Makanya, Hj. Nelih sangat berhati-hati dalam bicara soal keyakinan di
lingkungan keluarganya. Tapi sebagai umat islam, hamba-Nya di syariatkan untuk
menjadi mubaliq (menyampaikan pesan Al-Quran dan Hadits Rasul sesuai dengan
kemampuannya), sebagaimana yang dia pahami tentang pesan Rasulullah,
"Ballighuu `anniy walau aayah, sampaikanlah tentangku walau satu ayat yang
kalian tahu!
Selama puluhan tahun bersama ibunda, Hj. Nelih tidak pernah mengajak
langsung ibunya untuk mememeluk Islam, apalagi memaksanya. Tapi selama puluhan
tahun itu, ia berdakwah dengan cara yang sederhana khususnya dengan menunjukkan
perilaku kasih sayang dan berbakti kepadanya dengan penuh kesabaran dan berdoa
dalam tiap shalatnya.
Boleh jadi, buah kasih sayang dan baktinya kepada sang ibu, Allah Swt.
menurunkan hidayah kepada ibunda sebagaimana yang didoakan anaknya. Buktinya,
ibunda sangat terkesan kepada bakti putri bungsunya itu. Yang tiap saat
senantiasa memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepadanya, baik secara materi
maupun perilaku baktinya.
Boleh dikatakan juga, proses lain yang menyertai datangnya hidayah kepada
ibunda Yoyoh muncul karena senantiasa beliau mendengar pengajian yang diadakan
YUMI (Yayasan Ukhuah Mualaf Indonesia) di rumah Hj. Nelih. Di sini, ibu Yoyoh
secara tidak langsung suka mendengar tausiah ustad Kwi Han.
““Metode dakwah yang dilakukan YUMI adalah dengan cara bersilahturahmi dari
rumah ke rumah. Salah satunya pengajian yang diadakan di rumah Hj. Nelih yang
sudah berlangsung selama tiga tahun,” ungkap Kwi Han.
Kebahagiaan pun bukan saja datang dari Hj. Nelih, handaitaulan, para saksi
dan undangan. Ustad Aam Amiruddin selaku pebimbing pun sangat terharu
menyaksikan sejarah penting yang penuh ibrah bagi setiap hati ini. Demikian
yang diungkapkan dalam pembukaannya saat itu. Dalam tausiah singkatnya, ustad
Aam Amiruddin mengatakan,
Dalam sebuah hadits dinyatakan, dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah Saw.
bersabda: “Jika baik keIslaman seseorang di antara kalian, maka setiap kebaikan
yang dilakukannya akan ditulis sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali
lipat. Adapun keburukan yang dilakukannya akan ditulis satu kali sampai ia
bertemu Allah.”
Dari Hakim bin Hizam r.a, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memandang
perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa Jahiliyyah seperti
shadaqah, membebaskan budak atau silaturahmi tetap mendapat pahala?” Maka Nabi
Saw. bersabda, “Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang dahulu.”
Kapan saya di-Islam-kan?
Bila diselusuri kisah awal ibu Yoyoh hijrah ke agama Allah Swt. Boleh jadi,
setiap hati akan merasa terharu. Betapa tidak, kisah ibu dan anak bungsunya ini
menunjukkan perjuangan yang cukup panjang yang menguras perasaan dan pikiran,
khususnya bagi Hj. Nelih yang satu-satunya memeluk Islam di keluarganya.
Ibunda Yoyoh sendiri adalah warga keturunan Thionghoa. Awalnya ia seorang
Budha, dan keempat anaknya yang lain memeluk agama yang berbeda, anak
pertamanya Kristen, kedua Budha, ketiga Kristen keempat Katolik dan anak
bungsunya, Ibu Hj. Nelih memeluk Islam.
Hajah kapan saya di-Islam-kan? Tanya ibunda kepada putri bungsunya.
Pertanyaan ini sudah muncul sejak tiga bulan yang lalu. Diakui Hj. Nelih,
pertanyaan itu tidak lantas membuat dia tergesa-gesa mengabulkan keinginan
ibundanya. Dengan penuh pertimbangan yang matang, Hj. Nelih berkali-kali
menanya balik,”Benar Mamah ingin masuk Islam?”. Bekali-kali juga ibu Yoyoh
menjawab, “Ya”.
“Mamah. Jangan sampai kakak yang lain menganggap mamah masuk Islam itu
dipaksa sama Nelih. Jadi lebih baik, utarakan saja keinginan Mamah dengan
bicara sendiri ke semua kakak. Ini kan bukan masalah ringan bagi Nelih, takut
nanti ada perselisihan antara saya dan kakak-kakak yang lain,” pesan Hj. Nelih
ke ibunya.
Dengan penuh kesungguhan, walaupun dengan via telepon. Ibu yoyoh
mengutarakan keinginannya kepada anak-anaknya yang lain. Walapun jawaban dari
keempat saudara Hj.Nelih seolah tidak mengiyahkan dan tidak menolaknya. Ibu
Yoyoh merasa cukup memberitahukan niatnya.
Walaupun begitu, bagi Hj. Nelih niat ibundanya itu belum cukup
meyakinkannya. Maka dia selalu menanyakan kemantapan ibunya untuk memeluk
Islam. Sepertinya, tidak terlalu berlebihan sikap Hj. Nelih serupa itu. Sebab,
dia takut ibunya setelah masuk Islam akan keluar lagi melihat atau mendengar
tentang orang-orang Islam sebagaimana yang diberitakan di banyak media.
Hj. Nelih memahami bahwa banyaknya orang jadi mualaf tapi setelah mendengar
dan melihat tentang orang Islam yang buruk-buruk akhirnya kembali ke agamanya
yang sebelumnya. Rasa khawatir itu yang ada dalam hati dan benaknya sehingga
harus bersikap hati-hati terhadap niat ibunya itu.
Subhanallah. Hj. Nelih dan ibunya senantiasa diberi petunjuk dan jalan-Nya.
Bahkan segala kemudahan menyertai perjalanan ke-Islaman-nya. Betapa tidak,
ketetapan hatinya dijaga Allah Swt., sehingga waktu itu ibu Yoyoh dengan
keyakinannya sendiri memeluk Islam dengan lancar dihadapan wakil Kementerian
Agama Kota Bandung, DKM masjid Al-Munajat, warga komplek Batununggal, DKM
Masjid Latze, YUMI, para saksi dan para undangan lainnya.
Dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash r.a, bahwasanya Rasulullah
Saw., bersabda, “Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, dan diberi
rizki yang cukup dan Allah memberikan sifat qana’ah (merasa cukup) atas rizki
yang ia terima.
Sumber Warta Islam.com
0 komentar:
Posting Komentar