Pages

 

Sabtu, 24 Januari 2015

Abdullah Rolle, Perjalanan Panjang Musisi Inggris Menuju Cahaya Islam

0 komentar
 Abdullah Rolle
Lahir di Inggris, sejak kecil ia sudah terlibat dalam berbagai produksi musik, bisa memainkan beberapa alat musik dan aktif menyanyi. Hingga ia beralih ke lagu-lagu nasyid dan meluncurkan CD nasyid pertamanya bertajuk “Peace” dalam Konferensi “Global Peace and Unity” di London pada tahun 2008.
Dia adalah Abdullah Rolle. Ia masuk Islam tujuh tahun yang lalu. Perjalanannya menuju Islam seiring sejalan dengan karirnya yang terus berkembang sebagai artis lagu-lagu nasyid. Inilah kisah perjalanan Rolle menemukan cahaya Islam dan menjadi seorang muslim hingga saat ini;
Suatu pagi, Rolle sedang berjalan di pasar. Tiba-tiba seorang muslim datang padanya dan bertanya apakah ia bisa bicara dengan Rolle sebentar saja. Laki-laki muslim itu bertanya apakah Rolle tahu tentang Islam dan Nabi Muhammad Saw, dan Rolle menjawab bahwa ia tahu bahwa Tuhan adalah pencipta segala sesuatu tapi selama ini ia diajarkan tentang Yesus, bukan tentang Nabi Muhammad Saw. Rolle berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Saya tidak pernah serius dengan masalah agama. Beberapa tahun kemudian, saya berbincang dengan seorang muslim tentang Allah yang Mahakuasa, tapi masih belum siap untuk mempertimbangkan apapun tentang Islam atau menjadi seorang seorang muslim,” ujar Rolle.
“Saya belum pernah bertemu dengan orang seperti itu. Orang-orang yang saya jumpai adalah mereka terlibat dalam bisnis musik dan mereka punya gaya hidup sendiri-sendiri. Makanya, waktu itu, saya tidak melihat peluang untuk tertarik pada Islam. Tapi rupanya, waktunya saja yang belum tiba,” sambung Rolle mengenang pengalamannya bertemu dengan muslim.
Toko Buku dan DVD yang Mengubah Hidupnya
Ketika pindah ke London Timur, Rolle sering berkunjung ke toko buku Dar Assalam di kawasan West End. Rolle senang mengikuti perkembangan dunia, membaca tentang hal-hal yang bernuansa konspirasi dan kejadian-kejadian di dunia.
“Beberapa hal yang saya baca, ada yang benar dan ada yang tidak. Tapi itu tidak juga membawa saya lebih dekat pada Sang Pencipta. Jiwa saya selalu mencari dan mencari, meski saya tidak menyadari itu seratus persen,” tuturnya.
Pegawai di toko buku selalu memberikan buklet pada Rolle. Ia menerimanya dan hanya menyimpannya di lemari. Ia baru merasa simpati pada umat Islam ketika AS menginvasi Irak dan Rolle membaca semua buklet yang disimpannya. Rolle bertanya pada dirinya sendiri, mengapa dunia selalu menyerang Islam dan umat Islam. Rolle menyaksikan bagaimana media massa menggambarkan umat Islam sebagai teroris. Rolle tahu bahwa media massa belum tentu benar dan tidak selalu menyampaikan kebenaran. Rolle ingin tahu mengapa ada pihak yang menyerang umat Islam. Dalam kebingungannya mencari jawaban, Rolle masuk kamar, bersujud dan berdoa.
Suatu hari, di depan toko buku Dar Assalam yang biasa dikunjunginya, Rolle berkata pada anak lelakinya, “Aku butuh sesuatu untuk memberi makan jiwa saya. Buku-buku yang lain tidak memberi dampak apapun buat saya.” Anak lelaki Rolle lalu menunjuk sebuah DVD berjudul “What Is The Purpose of Life?” oleh Khaled Yasin. Rolle membeli DVD itu. Di rumah, usai menyaksikan DVD yang dibelinya, Rolle merasa sangat terinspirasi.
“Semua hal yang dijelaskan dalam DVD itu, saya merasa sudah tahu semua. Saya tahu apa yang dikatakan di dalamnya adalah kebenaran,” kenang Rolle.
Dari DVD itu, Rolle mengetahui bahwa umat Islam menunaikan salat lima waktu sehari. Karena saat itu Rolle masih berkecimpung di jalur musik yang umum, Rolle merasa ia tidak bisa melakukan salat seperti yang dijelaskan dalam DVD tersebut, tapi hatinya yang paling dalam mengakui kebenaran akan perintah salat itu.
Waktu terus berjalan. Rolle jadi sering berkumpul dengan komunitas Muslim dan ia merasakan betapa sahabat-sahabat muslimnya sangat perhatian padanya. “Saya menghabiskan waktu bersama mereka selama dua tahun. Mereka mengajarkan, meluruskan dan mengingatkan saya. Kebanyakan dari mereka adalah pegawai di toko buku itu. Sejak itu saya jadi akrab dengan mereka,” ujar Rolle.
Ia terkesan dengan perilaku teman-teman barunya itu. “Saya selalu melihat bahwa kebanyakan muslim sikapnya sopan, baik hati dan suka membantu. Mereka sendiri menghadapi berbagai problematika umat di berbagai belahan dunia, tapi sebagai pribadi, muslim yang saya jumpai selalu bersikap ramah pada saya. Saya ingin berusaha agar menjadi orang yang taat, dan saya terus berusaha. Saya ingin seperti mereka,” komentar Rolle tentang muslim.
Pada saat itu, Rolle sudah meyakini Islam, punya dasar pengetahuan yang lumayan tentang agama Islam dan sedang terus belajar tentang Islam. Teman-teman muslimnya bilang bahwa Rolle harus mendeklarasikan dua kalimat syahadat jika ingin menjadi seorang muslim. Teman-teman muslimnya juga mengingatkan Rolle bahwa kematian selalu mengintai setiap manusia, apalagi yang ditunggunya jika tidak segera menjadi seorang muslim. Tapi, lagi-lagi Rolle merasa dirinya belum siap menjadi seorang muslim.
Di tengah kebimbangannya, Rolle menyaksikan DVD berjudul “One Islam” oleh Syaikh Fiez di Australia. Dari DVD itu, Rolle belajar tentang tentang Hari Kiamat dalam ajaran Islam. Rasa takut pada Tuhan tiba-tiba mengusik hatinya, jika ia bisa masuk Islam sebelum Hari Akhir itu, maka Rolle akan melakukannya.
Keesokan harinya, ia menghubungi teman-teman muslimnya, dan mengatakan bahwa ia siap untuk menjadi seorang muslim. Sahabat-sahabatnya menyambut gembira keputusan Rolle dan menyiapkan acaranya di akhir pekan.
Setelah resmi menjadi seorang muslim. Rolle kadang merasa iri melihat para ulama muslim. Ia berharap sudah masuk Islam ketika usianya jauh lebih muda. Tapi Allah Maha Tahu yang baik bagi hamba-hamba-Nya.
“Teman-teman membantu saya pelan-pelan. Di masa awal saya masuk Islam, mereka tidak bilang bahwa musik itu haram. Jika mereka mengatakannya pada saat itu, saya mungkin tidak mau menjadi seorang muslim, karena sedang mengerjakan sejumlah proyek musik. Mereka meyakinkan saya, bahwa sementara itu saya boleh tetap terus bermusik, asalkan saya punya niat sewaktu-waktu saya akan keluar dari dunia musik,” tutur Rolle.
Rolle ingat, tantangan terbesar baginya setelah masuk Islam adalah belajar bahasa Arab dan belajar bacaan salat dan doa-doa dalam bahasa Arab. Ia merasa kembali ke bangku sekolah. Tapi Rolle senang karena akhirnya ia berhasil menghapal beberapa surat Al-Quran dan bisa membacanya. “Sehingga saya bisa salat. Saya hal yang sangat ingin bisa saya lakukan lebih dari apapun juga,” tukas Rolle yang belajar praktek salat dan membaca Al-Quran juga dari berbagai DVD.

Menjadi Artis Nasyid Internasional
Saat baru masuk Islam, Rolle masih bekerja sebagai guru musik untuk anak-anak di beberapa sekolah dan menulis beberapa lagu untuk anak-anak yang kabur dari rumah dan ditampung di pusat belajar di kota tempatnya tinggal. Ia jadi banyak tahu kisah-kisah sedih anak-anak itu, dan ingin menolong mereka. Rolle juga aktif di pusat kegiatan masyarakat dan berbisnis dengan menawarkan jasa mengajar musik pada anak-anak muda.
Lama kelamaan Rolle berpikiri adakah berkah Allah Swt dengan apa yang dikerjakannya. “Jika saya harus berdiri di hadapan Allah, apa yang akan saya katakan tentang diri saya dan kegiatan saya mengajar musik? Saya akhirnya memutuskan untuk menghentikan aktivitas saya; di sekolah, pusat kegiatan masyarakat dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan musik. Sebagian orang menghormati keputusan saya, sebagian lagi mengatakan bahwa tindakan saya salah,” kisah Rolle.
Kala itu, Rolle tidak berpikir untuk beralih ke musik nasyid, meski ia punya studio rekaman sendiri. Rolle lalu bicara dengan seorang muslim yang ayahnya seorang ulama di Arab Saudi dan pemilik Masjid Tauhid di London. Rolle minta nasehat sahabat muslimnya itu dan akhirnya mulai merintis karir di bidang musik nasyid.
Sekarang, selain aktif dalam berbagai kegiatan bersama komunitas Muslim di Inggris, Rolle memfokuskan karirnya sebagai artis nasyid bertaraf internasional, dan meluncurkan CD lagu-lagu nasyidnya bertajuk “Peace” di Afrika Selatan pada tahun 2009.

Sumber : http://www.kisahmuallaf.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
. © 2012 Berbagi Syiar Islam. Supported by Ilman-Islam and Graficom