Lahir dengan nama K.H. Muhammad Thahir
atau lebih populer dengan sebutan Imam Lapeo lahir di Tinambung pada thn
1838. Nama Lapeo sendiri diambil dari nama kampung di Kecamatan
Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Sekitar 290 Km dari Makassar.
Imam Lapeo : seorang imam di desa lapeo yang sederhana dan menyebarkan agama Islam sampai ketanah bugis. sering memperlihatkan mukzisat dari sang Kuasa, Daerah Mandar sendiri dulunya dikenal dengan ilmu magic-nya, animisme dan kemusyrikan Imam Lapeo-lah yang meluruskan jalan sesat mereka.
Imam Lapeo sukses menyadarkan perilaku-perilaku buruk mereka, dan inilah yang menjadi salah satu alasan nama masjidnya yang dikenal sampai sekarang dengan sebutan Mesjid Jami’ At-Taubah Lapeo, kemudian dialihkan namanya mesjid Nuruttaubah Lapeo.
Dalam menyebarkan agama Islam berbagai cara yang ditempuh oleh Imam Lapoe, dimana ia menarik perhatian masyarakat atau orang disekitarnya dalam mengajarkan agama, secara bartahap beliau mengikuti kebudayaan-kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut.
Beliau mengajak masyarakat sekitar membangun mesjid tetapi dalam kenyataannya tak semudah dibayangkan. Imam Lapeo harus berhadapan dengan maraknya perjudian, ramainya warga Mandar yang masih mabuk-mabukkan dengan minuman kebanggaannya adalah Manyang Pai’. (Tuak).
Masyarakat sendiri secara bertahap menghilangkan kebiasaan yang mereka lakukan. Bukan hanya dengan mengajak masyarakat di sekitarnya membangun mesjid Imam Lapeo juga sering bertamu di rumah masyarakat jika sedang berjalan-jalan dan juga terkadang masyarakat mendatangi rumah beliau untuk meminta doa dan petunjuk jika ada masalah yang mereka hadapi atau mempunyai keiinginan. Beliau juga terkenal dengan sikap dermawannya sampai-sampai beliau berhutang jika ada masyarakat yang memerlukan bantuan.
Berbagai cara dan upaya telah dilakukannya beliau untuk menyampaikan dan mewujudkan risalah dan nilai-nilai Islam yang benar kepada ummat Islam di Mandar, yang sudah ter-Isalamkan sejak abad ke 15 di jaman Ammara’diang Kakanna I Pattang Daetta Tommuane oleh usaha Ulama Abdul Rachman Kamaluddin bergelar Tosalama di Binuang.
Walaupun kiprah dan perjuangan Imam
Lapeo sering di reduksi dan dibumbui dengan hal-hal yang berbau
Supranatural seperti cerita tentang kemampuannya berada di dua tempat
sekaligus ; menaklukkan para tukang Doti, bahkan intelektual sekelas
Emha Ainun Najib meyakininya kisah-kisah Imam Lapeo.
Ada banyak nelayan Mandar yang percaya, bila terhadang badai di tengah laut, mengingat sang panrita untuk kemudia memanggil namanya adalah salah satu cara menaklukkan badai. Ya, itulah salah satu bentuk betapa orang Mandar menganggap Imam Lapeo sebagai ulama ber-karamah. Banyak rumah di Mandar memasang fotonya di dinding rumah. Dan banyak kasus, foto ukuran kecilnya dijadikan jimat (disimpan di dalam dompet).
Berikut Biographi singkat serta beberapa
kisah kharomah yang dialami oleh K. H. Muhammad Thahir (Imam Lapeo)
yang juga terkenal dengan sebutan Tosalama’ Iman Lapeo.
Pada masa kanak-kanaknya, oleh orang
tuanya memberikan nama kepada Imam Lapeo yaitu Junaihim Namli. Sejak
kecil ia dikenal masyarakat sebagai anak yang patuh dan taat kepada oran
tua, beliau dikenal jujur, pemberani, dan punya kemauan yang sanga
keras.
K. H. Muhammad Tahir Iman Lapeo berlatar
belakang keluarga yang taat beragama. Bapaknya bernama Muhammad bin
Haji Abdul Karim Abtalahi, disamping bekerja sebagai petani dan nelayan,
juga menjadi guru mengaji Al Quran.
Guru mengaji handal yang diwariskan oleh
nenek K. H. Muhammad Iman Lapeo yaitu H. Abd. Karim Abtallahi (juga
populer dengan nama Nugo kepada anaknya, Muhammad). Nenek Iman Lapeo
salah seorang penghafal Quran yang terkenal dizamannya. Istrinya bernama
St. Rajiah, yang menurut silsilah keturunannya berasal dari keturunan
Hadat Tenggelang (Tenggelang, suatu daerah yang berstatus distrik dalam
wilayah pemerintahan swapraja Balanipa dahulu, sekarang termasuk
pemerintahan wilayah Kecamatan Campalagian).
Latar belakang yang taat beragama inilah
yang sangat berpengaruh dalam proses perkambangan jiwa K. H. Muhammad
Tahir Imam Lapeo dan mewarnai kehidupannya sejak beliau kanak-kanak.
Sebagai seorang anak nelayan ia telah terbiasa dengan arus dan gelombang
laut ketika menemani ayahnya mencari ikan. Tidak mengherankan sejak
umur 15 tahun beliau telah berani mengikuti pamannya Haji Bukhari ke
Padang, Sumatra Barat berdagang lipa’ sa’be (sarung sutra).
Pada umur 27 tahun Muhammad Tahir
dikawinkan oleh gurunya Sayid Alwi Jamalullil bin Sahil (seorang ulama
besar dari Yaman) dengan seorang gadis bernama Nagaiyah (kemudian
berganti nama menjadi Rugayah). Pada perkawinan inilah nama Junahim
Namli diganti oleh gurunya (Sayid Alwi) menjadi Muhammad Thahir, nama
yang dikenal sampai sekarang.
Di bidang pendidikan, pendidikan
formalnya tidak menonjol. Dalam mengikuti pendidikan non-formal ia lebih
tertarik pada pelajaran-pelajaran agama Islam. Di usia kanak-kanaknya
Junahim Namli telah khatam Al Quran beberapa kali melampaui teman-teman
sebayanya. Menjelang usia remaja, ia lebih memperdalam bahasa Arab
seperti nahwu syaraf di Pambusuang. Lalu dia pergi ke Pulau Salemo (masa
itu sangat terkenal sebagai tempat pendidikan pesantren yang melahirkan
para ulama di bawah bimbingan ulama besar dari Gresik, Jawa Timur)
menimba dan menambah ilmu-ilmu agama Islam. Beberapa tahun ia tinggal
disalemo.
Kemudian ia pergi ke Padang, Sumatra
Barat dan tinggal selama 4 tahun menambah ilmu. Sesudah itu melanjutkan
perjalanannya ke Mekah menuntut ilmu agama, mendatangi ulama besar
memperdalam ilmu fikih, tafsir, hadits, teologi dan lain-lain. Ia
tinggal di Mekah beberapa tahun lamanya.
Dalam perjalanan K.H. Muhammad Tahir
Iman Lapeo mengembangkan dakwah Islam, ia telah melakukan perkawinan
sebanyak enam kali. Perkawinan ini didasarkan kepada kesadaran K. H.
Tahir Imam Lapeo bahwa kawin dengan bersandarkan syariat Islam adalah
merupakan strategi dakwah yang sangat efektif dalam mengenbangkan dan
atau menyebarkan agama Islam. Hal itu ditandai dengan kenyataan,
beberapa istrinya berasal dari keluarga elit dalam masyarakat Mandar
dizamannya yang dianggap sangat bisa menunjang perjuangan dakwahnya.
Istri pertama bernama Rugaya melahirkan
keturunan 8 anak yaitu: St. Fatima, St. Hadiyah, Muhammad Yamin, Abd.
Hamin, Muhammad Muchsin, St. Aisyah, St. Marhumah.
Istri kedua, Sitti Khalifah, tidak
melahirkan keturunan. Istri ketiga Sitti Khadijah, melahirkan satu orang
anak yaitu Najamuddin, dan yang istri keempat Sitti Attariah, tidak
melahirkan anak. Keempat istrinya itu adalah putri-putri tokoh
masyarakat.
Dalam meluncurkan visi misi dakwah ke
daerah Mamuju ia diangkat menjadi Kali ‘Kadi’ Kerajaan Tappalang
(sekarang dalam wilaya Kecamatan Tappalang, Kabupaten Mamuju).
Di Mamuju K. H. Muhammad Tahir Imam
Lapeo mengawini seorang putri sayid yang bernama Syarifah Hamidah tetapi
tidak melahirkan keturunan. Pada perkawinan yang terakhir dengan Sitti
Amirah melahirkan empat orang anak yaitu Abdul Muttalib, Siti Ssabannur,
Siti Asiah dan Siti Aminah.
Putra-putri K. H. Muhammad Thahir Imam
Lapeo sebagian besar melanjutkan usaha bapaknya mengabdi untuk
kepentingan agama Islam. Salah seorang putrinya yang bernama Hj. Aisyah
Tahir, populer dengan panggilan Ummi Aisyah, adalah tokoh wanita
Sulawesi Selatan pernah memimpin Muslimat Nahdatul Ulama, yang menjelang
akhir hayatnya Ummi Aisyah dikenal sebagai wanita yang memiliki
kemampuan metafisik yang lebih.
K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo
menghembuskan nafas terakhir dengan tenang dalam usia 114 tahun, pada
hari Selasa 27 Ramadhan 1362 H. Bertepatan tanggal 17 Juni 1952 di Lapeo
(sekarang wilayah kecamatan Campalagian, kabupaten Polewali Mandar).
Dimakamkan di halaman mesjid Nur Al-Taubah di Lapeo (mesjid yang di
kawasan Mandar dikenal juga dengan sebutan Masigi Lapeo ‘Mesjid Lapeo’
yang terkenal dengan menaranya).
Makam K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo
sampai sekarang banyak dikunjungi oleh masyarakat yang datang dari
berbagai daerah Mandar, dan daerah-daerah lain dari luar Mandar.
K. H Muhammad Thahir Imam Lapeo terkenal
juga dengan gelar To Salamaq Imam Lapeo. Dalam bidang tasawuf dan
tarekat, K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo mengacu kepada tasawuf dan
tarekat Syadziliah.
Berikut ini beberape kisah kekeramatan
To Salamaq Imam Lapeo yang dipercaya kebenarannya oleh sebagian besar
masyarakat Mandar dahulu.
1. Pembangunan Mesjid
Waktu itu sekitar tahun 60an Masjid
Lapeo sedang dibangun disamping makam lapeo namun terhambat masalah dana
akhirnya tidak lama kemudian datang beberapa unit truck dari makassar
membawa semen pasir dan beberapa bahan bangunan warga sekitar heran
karena tidak ada satupun dari mereka yang memesan apalagi dana tidak
ada.mereka memutuskan untuk membicarakannya di rumah salah satu warga di
sana,ketika ditanyakan tentang siapa orang misterius yang memesan bahan
bangunan ini,si supir mengatakan bahwa yg memesan adalah seorang kakek
berpakaian serba putih bersorban dan kebetulan si supir melihat foto
imam lapeo yang ada di lama rumah warga tersebut,dan mengatakan bahwa
orang itulah yang memesan bahan bangunan.
2. Tempat Imam Lapeo Berkhalawat
Narasumber mengetahui ada 2 tampat imam
Lapeo berkhalawat yang di kebun dan sebidang tanah yang terletak di
Paccini. Tempat ini telah didirikan sebuah rumah dan ada kejadian yang
diluar jangkauan manusia yakni penghuni rumah tersebut satu persatu
meninggal dunia. Dan orang-orang pun memberi tanda tempat Khalawat Imam
Lapeo untuk tidak dihuni.
3. Turun Dari Mobil Untuk Sembahyang.
Suatu hari dalam perjalanan menuju
Makassar, tiba waktunya untuk shalat Dzuhur dan beliau menyuruh sopir
mobil untuk berhenti sejenak untuk melaksanakan shalat, namun sopir
mobil tidak rela menghentikan mobilnya jika sewa mobil tidak dibayar
agar dapat melanjutkan perjalanan ke Makassar. Belia pun membayarnya dan
turun bersama rombongannya untuk menunaikan shalat Dzhuhur, kemudian
mobil tersebut melanjutkan perjalanannya namun dalam perjalanan mobil
tersebut tiba-tiba macet, mobil tidak bisa jalan, setelah shalat Imam
Lapeo beserta rombongan berencana melanjutkan perjalanan mereka dengan
berjalan kaki, dalam perjalanan mereka bertemu dengan mobil yang mereka
tumpangi dalam keadaan macet, penumpang dalam mobil tesebut berkata
inilah tadi teman kita yang singgah untuk shalat, Imam Lapeo pun naik
diatas mobil tersebut tidak lama kemudian mobil tersebut bisa jalan dan
normal seperti semula.
4. Gema Teriakannya Di Telinga Pencuri.
Suatu hari ada seseorang memasuki
kebunnya di Galung Lampu, berencana untuk mencuri buah-buahan yang
didalamnya yakni memanjat pohon kelapa. Tiba-tiba terdengar teriakan
Imam Lapeo, sementara beliau tidak ada dikebun, orang tersebut lari
sekencangnya suara tersebut masih terdengar : To bibo….to bibo… to bibo.
Dia pun tidak bisa tidur dengan mendengar suart tersebut hingga dia
pun mendatangi beliau dan menjelaskan apa yang telah terjadi dan
memohon maaf kepada beliau juga meminta agar diobati. Orang tersebut
dioabati dan sudah merasa tenang.
5. Pernah Diberkati Jadi Professor
Seorang Professor bercerita:
Dia berasal dari Sindereng 8 bersaudara
dia merupakan anak bungsu. Ayahnya meninggal sewaktu masih kecil. Pada
suatu hari ibunya mendatangi seorang ulama tentang anak-anaknya apakah
ada bayangan kebaikan, sebab peninggalan ayahnya hanya sebidan tanah
yang tidak terlalu luas. Ulama itupun menyarankan untuk mendatangi Imam
Lapeo yang ada di Mandar. Katanya ambillah sebahagian kemampuanmu untuk
dapat mendatanginya. Diapun kerjakan sebagiamana saran ulama tadi.
Sewaktu bertemu Imam Lapeo memperhatikan
kedelapan anak-anak itu lalu menunjuk bahwa anak bungsu ini nanti akan
sukses, peliaharalah dia dengan baik dan saya doakan.
Ternyata dia sekarang jadi dosen di IAIN Alauddin Makassar.
6. Mengembalikan Peliharaan yang hilang.
Kawu, seorang tua dari Kelurahan
Tinambung, kabupaten Polmas menuturkan bahwa pernah suatu hari kuda
peliharaanya hilang. Sudah satu minggu lebih dicari kuda yang hilang
itu, belum juga ditemukan. Maka ia menemui K.H Muhammad Thahir Lapeo
mohon didoakan agar kuda itu dapat ditemukannya.
To Salamaq Imam Lapeo memejamkan lalu mengangkat tangannya sambil berdoa, ia berkata kepada Kawu, bahwa kuda yang dicari sekarang dalam perjalanan pulang kekandangnya. Jawaban tersebut membuat si empunya kuda tercengang, dan segera pamit pulang. Apa yang terjadi? Sesampainya dirumah dai menemukan kudanya benar-benar sudah ada dikandangnya.“ Kuda itu datang sendiri “, kata istri pemilik kuda tersebut.
To Salamaq Imam Lapeo memejamkan lalu mengangkat tangannya sambil berdoa, ia berkata kepada Kawu, bahwa kuda yang dicari sekarang dalam perjalanan pulang kekandangnya. Jawaban tersebut membuat si empunya kuda tercengang, dan segera pamit pulang. Apa yang terjadi? Sesampainya dirumah dai menemukan kudanya benar-benar sudah ada dikandangnya.“ Kuda itu datang sendiri “, kata istri pemilik kuda tersebut.
7. Membayar Hutang
Peristiwa lainnya dituturkan oleh
informan bahwa suatu hari K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo ingin mambayar
hutang karena waktu yang disepakati telah sampai. Hutang tersebut adalah
harga bahan-bahan bangunan Mesjid Nur Al- Taubah Lapeo yang dipinjam
oleh beliau untuk perluasan bangunan Mesjid. Tetapi sampai pada malam
hari To Salamaq Imam Lapeo belum juga mempunyai uang., sementara
besoknya hutang itu harus dibayar.
Lalu, malam itu juga ia mengajak putranya Muchsin Thahir beserta kusir bendi berangkat ke Majene menemui H.Hasan, pedagang yang memberi utang kepada panitia pembangunan mesjid dengan maksud minta perpanjangan waktu peminjaman. Dalam perjalanan dari Lapeo menuju Majene, semua mesjid yang dilewati disinggahi untuk melaksanakan shalat sunnah, antara lain mesjid-mesjid Karama,Tangnga-Tangnga, dan Tinambung. Dari Tinambung beliau terus ke Limboro dan Lembang-Lembang. Di kedua mesjid itu ia melakukan shalat agak lama.
Menjelang subuh hari baru ia putranya meneruskan perjalanan ke Majene. Dalam perjalanan antara Lembang-Lembang dan Tinambung tiba-tiba ia ditahan oleh seseorang yang sama sekali tidak di kenalnya. Orang itu memberikan suatu bungkusan sebagai oleh-oleh kepada To Salamaq Imam Lapeo.
Lalu diperintahkannya kepada anaknya(Muchsin Thahir) yang menyertainya malam itu mengambil bungkusan tersebut. Perjalanan ke Majene dilanjutkan. Setelah sampai di rumah H.Hasan di Majene bungkusan tersebut dibuka. Apa isinya? Ternyata, sejumlah uang pas-pas dipakai membayar hutangnya kepada H.Hasan.
Lalu, malam itu juga ia mengajak putranya Muchsin Thahir beserta kusir bendi berangkat ke Majene menemui H.Hasan, pedagang yang memberi utang kepada panitia pembangunan mesjid dengan maksud minta perpanjangan waktu peminjaman. Dalam perjalanan dari Lapeo menuju Majene, semua mesjid yang dilewati disinggahi untuk melaksanakan shalat sunnah, antara lain mesjid-mesjid Karama,Tangnga-Tangnga, dan Tinambung. Dari Tinambung beliau terus ke Limboro dan Lembang-Lembang. Di kedua mesjid itu ia melakukan shalat agak lama.
Menjelang subuh hari baru ia putranya meneruskan perjalanan ke Majene. Dalam perjalanan antara Lembang-Lembang dan Tinambung tiba-tiba ia ditahan oleh seseorang yang sama sekali tidak di kenalnya. Orang itu memberikan suatu bungkusan sebagai oleh-oleh kepada To Salamaq Imam Lapeo.
Lalu diperintahkannya kepada anaknya(Muchsin Thahir) yang menyertainya malam itu mengambil bungkusan tersebut. Perjalanan ke Majene dilanjutkan. Setelah sampai di rumah H.Hasan di Majene bungkusan tersebut dibuka. Apa isinya? Ternyata, sejumlah uang pas-pas dipakai membayar hutangnya kepada H.Hasan.
8. Menyembuhkan Penyakit
Dituturkan pula bahwa di Lapeo pernah
berjangkit suatu penyakit yang sangat ganas dan berbahaya. Penyakit
tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan tradisional maupun
medis modern pada saat itu. Menurut informan, saking ganasnya penyakit
itu sehingga dalam satu hari diperkirakan 3 sampai 5 orang yang
meninggal akibat penyakit tersebut. Keadaan seperti ini sangat
meresahkan dan menggelisahkan masyarakat. Rakyat mengadu kepada To
Salamaq Imam Lapeo. Mendengar semua pengaduan tersebut K.H Muhammad
Thahir sangat prihatin.
Di perintahkannya menyiapkan sebuah tempayan berisi air minum. Setelah itu K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo memejamkan mata seraya mengangkat tangannya berdoa kepada Allah, kemudian diludahinya air tempayan tersebut tujuh kali. Air yang telah diludahnya itu diminumkan kepada penderita yang terkena penyakit aneh tersebut.
Berkat pertolongan Allah swt., mereka yang sempat meminum” air obat ” To Salamaq Imam Lapeo semuanya sembuh, dan penyakit tersebut tidak mengganaskan lagi.
Di perintahkannya menyiapkan sebuah tempayan berisi air minum. Setelah itu K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo memejamkan mata seraya mengangkat tangannya berdoa kepada Allah, kemudian diludahinya air tempayan tersebut tujuh kali. Air yang telah diludahnya itu diminumkan kepada penderita yang terkena penyakit aneh tersebut.
Berkat pertolongan Allah swt., mereka yang sempat meminum” air obat ” To Salamaq Imam Lapeo semuanya sembuh, dan penyakit tersebut tidak mengganaskan lagi.
9. Menolong Orang Yang Tenggelam
Pernah suatu saat, ketika K.H Muhammad
Thahir Imam Lapeo sementara memberikan pengajian, tiba-tiba pengajian
dihentikan beberapa saat. To Salamaq Imam Lapeo keluar ke teras, lalu
menatap ke angkasa raya seraya tangannya dilambai-lambaikan. Setelah itu
beliau masuk kembali akan melanjutkan memberikan pelajaran kepada
murid-muridnya.
Sebelum pengajian dilanjutkan kembali, salah seorang muridnya bertanya tentang apa yang barusan To Salamaq Imam Lapeo kerjakan. Beliau menjawab bahwa dia menolong sebuah perahu yang hampir tenggelam di tengah laut karena serangan badai dan amukan ombak besar. Beberapa hari kemudian, seorang tamu dari Bugis datang ke rumah To Salamaq Imam Lapeo mengucapkan terima kasih.
Menurut pengakuannya bahwa perahunya hampir tenggelam beberapa hari yang lalu di sekitar pulau-pulau Pangkajene. Yang menolongnya adalah K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo yang tiba-tiba dilihatnya datang berdiri di baguan kepala perahunya. Seketika itu juga ombak menjadi tenang, dan badai pun reda.
Sebelum pengajian dilanjutkan kembali, salah seorang muridnya bertanya tentang apa yang barusan To Salamaq Imam Lapeo kerjakan. Beliau menjawab bahwa dia menolong sebuah perahu yang hampir tenggelam di tengah laut karena serangan badai dan amukan ombak besar. Beberapa hari kemudian, seorang tamu dari Bugis datang ke rumah To Salamaq Imam Lapeo mengucapkan terima kasih.
Menurut pengakuannya bahwa perahunya hampir tenggelam beberapa hari yang lalu di sekitar pulau-pulau Pangkajene. Yang menolongnya adalah K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo yang tiba-tiba dilihatnya datang berdiri di baguan kepala perahunya. Seketika itu juga ombak menjadi tenang, dan badai pun reda.
10. Dalam keadaan lapar dan Haus Makanan datang
Pada suatu hari, dengan ditemani
beberapa muridnya, K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo sedang menuju ke suatu
kampung. Mereka berjalan kaki menyusuri pinggir kali menuju ke hulu.
Menjelang sore hari mereka berjalan terus. Mereka belum makan siang
karena sejak berangkat tadi belumprnah melewati perkampungan penduduk.
Di manakah mereka akan makan, sementara lapar haus sudah terasa?
Tapi K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo mengatakan supaya mereka sabar. Tak berapa lama kemudian,di tempat yang begitu sunyi sepi, tiba-tiba mereka melihat suatu rakit kecil yang sedang hanyut ke hilir. Di atas rakit kecil itu tersedia berbagai jenis makanan seperti nasi,ketan,lauk bersama ayam panggang. Mereka mengambil makanan tersebut dan menikmatinya. Selanjutnya K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo bersama pengikutnya/muridnya melanjutkan perjalanan menuju kampung tujuan.
Tapi K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo mengatakan supaya mereka sabar. Tak berapa lama kemudian,di tempat yang begitu sunyi sepi, tiba-tiba mereka melihat suatu rakit kecil yang sedang hanyut ke hilir. Di atas rakit kecil itu tersedia berbagai jenis makanan seperti nasi,ketan,lauk bersama ayam panggang. Mereka mengambil makanan tersebut dan menikmatinya. Selanjutnya K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo bersama pengikutnya/muridnya melanjutkan perjalanan menuju kampung tujuan.
Wafatnya Imam Lapeo
Menjelang kematiannya, Imam lapeo
berpesan supaya disediakan batang pisang sebelah menyebelah (pihak kanan
dan pihak kiri) sebagai tempat bersandar saya bicara dengan
mungkar-nakir. Pagi pada hari selasa beliau wafat dan besok siang
barulah dimakamkan. Penulis pada waktu itu berumur 8 tahun menyaksikan.
Awan mendung dan tangisan para pelayat
mayat beiau tambah lama semakin kecil. Jasadnya disemayamkan di rumah di
mandikan di Mesjid Lapeo.
Menurut mahyuddin sewaktu di usung,
jenazah sangat ringan seakan-akan tidak ada kecuali kain, merekapun
masygul. Ketika disuapi dengan tanah pada bagian kepala mereka
menyaksikan jasad didalam kain kafan. Setelah menyuapi terdengar di
telinga mereka suara batuk.
Pesan yang paling dia utamakan kepada
masyarakat lapeo adalah selalu berkata jujur, dan pesan lainnya adalah
melaksakan shalat dan ibadah lainnya.
Pandangan Masyarakat Terhadap Imam Lapeo (K.H. Muhammad Thahir)
Menurut Masyarakat yang sempat kami
wawancarai bahwa sahnya imam lapeo merupakan tokoh agama yang terkenal
dengan kekaromahannya, biasanya masyarakat banyak datang mengunjungi
makamnya jika mempunyai hajatan namun dalam berdoa mereka meminta kepada
Allah S.W.T. dan beliau mengatakan bahwa banyaknya dana merupakan
sumbangan dari beliu sampai sekarang. (dikarenakan banyak pengunjung
yang memasukkan uang ke kotak amal berkisar sebanyak Rp 3.000.000,-/
harinya).
15 komentar:
Subhanallah, Artikel yang sangat menarik dan menginspirasi. Semoga kiprah beliau KH Muhammad Thahir bisa diteladani untuk keselamatan dunia akhirat. Amiin.
Siapa ulama yang mengajar di pulau salemo?, kakek saya juga berguru di pulau salemo sebelum ke mekkah
waowwww aku sangat mengagumi cerita hidup KH.Muhammad Thair
Assalamualaikum...... Sy ingin bertanya, apakah K.h. muh.Thahir pernah mengadakan maulidan( mammunu') di dalam masigi lapeo?
Salam,kami anak anak malaysia asal turunan sulawesi...sangat sangat mengkagumi ketokohan ulamak tersohor ini...semoga baraqoh ilmu beliau melimpah kpd seluruh ummah..waliyullah ini telah bnyak memberi contoh teladan sebagaimana contoh dari baginda saw....saya sangat besyukur kerana allah mentakdirkan saya dapt berkunjung ke makan tuan guru in pada tahun 2013 sebanyak 2x.suatu waktu ketika umur saya masih remaja org sering menyebut nama imam lapeo..saya merasa agak aneh mendengar perkataan lapeo..ketika itu terbetik hati kecil saya berkata bhwa suatu hari nanti saya akan berkunjung ke tempat imam yg terkenal ini...alhamdulillah..allah mengizinkan saya walaupun ketika itu tak pernah saya rancang....amin ya rab..wali ini memang karamah...
Semoga ALLAH SWT selalu memberi Rahmat dan Ridho kepada K.H. Muhammad Thahir (Imam Paleo) apa yg Beliau ajarkan sesuai syari;at Islam selalu dilaksanakan oleh warga Paleo, Majene dan sekitarnya Khususnya Sulawesi Barat
Subhanallah..cerita ini sering sy dengar dr kakek yg msh kerabat beliau..semoga Allah merahamti beliau...amin
ya allah semoga hambamu di pertemukan dengan orang orang seperti beliau amin ya rob
Subhanallah ... kai saya cucu beliau .. semoga saya dibuka kan jalan jiarah ke makam beliau .. amiinn
ma,barakka ia panggauanna ia pepaturunna alhamdulillah
UNTUK BAHAN REFERENSI
kalo kakek saya adalah teman sultan hasanuddin. mereka berdua sempat bermain kelereng bareng dan sultan hasanuddin kalah ... dan berhutang kelereng tiga sampe sekarang . itulaj keluarbiasaan kakek saya yang masih hidup sampe sekarang
Assalamu alikum wr wb.
Saya dan keluarga perjalan dari Makassar hendak menuju ke Majene. Tepat waktu magrif saya dan rombongan mampir shalat. Pada saat saya hendak shalat, saya bertanya dalam hati, kenapa arah kiblat mesjid ini seakan-akan menghadap bukan ke arah barat kiblat. Setibanya saya di Makassar saya buka gogle eart dan saya mencoba menghubungkan garis antara kiblat mesjid Imam Lapeo dan titik tengah ka'bah dan angkannya 292,30 derajat. sementara arah kiblat imam Lapeo 313,48 derajat. Saya mencoba juga mengukur mesjid raya polman ternyata arah kiblatnya 292,26 derajat. Semoga saya keliru. namun saya berharap pengelola mesjid ini mencoba mengoreksi. Wallahu alam
Posting Komentar