Istrinya Yaqin cantik, putih, murah
senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat
rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda ,
Subhanallah…
Sejak awal menikah, ketika memasuki
bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah
dan pusing silih berganti… Awalnya mereka mengira “morning sickness”
karena waktu itu istrinya hamil muda.
Akan tetapi, selama hamil bahkan
setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah.
Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.
Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..
Yaqin bilang, kalau istrinya harus
menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga
menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya
hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya
jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.
Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.
Pertengahan bulan Ramadhan, mereka
masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga
mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah
sembuh. Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh…
Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah
sembuh.
Suatu ketika , Istrinya sempat
merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi, ada apa dengan pandangan
Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling
memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi
?” Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir
bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya… Subhanallah, sungguh
dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya…
Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.
Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba
saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat
sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya
tergeletak di paving depan rumahnya.
“Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya..” pintanya sambil memegang perutnya…
Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor
yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin
mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya
selama ini.
Sampai di rumah sakit, ternyata dokter
mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung
mengiyakan permintaan dokter.
“Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang.”
“Orang sakit itu berat penderitaannya
Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan.
Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan
Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah.
Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur’an
ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa
mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan
setiap hari.
“Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk
disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak
sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai
sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan”
“Itu tandanya Ummi akan segera
sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat
takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.
Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi…
Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga??
Buat dipakai lebaran.”
“Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut
lebaran kok” jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah
hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.
“Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.”
“Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.”
”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi
dulu ya…??” Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang,
tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian.
Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah
dibelinya.
Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.
“Ada apa dengan istriku??.” tanyanya
setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah
saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya.
Akhirnya, tidak ada cara lain selain
memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun
langsung dipasang di mulutnya.
Setelah perawat-perawat itu pergi,
Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah
tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya.
“Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi
akan mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk
Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi” “Pasti
Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”
Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah,
semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya,
membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki istrinya
bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu
berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak,
lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba
untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia
bendung lagi…
Setelah itu, Yaqin langsung
menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk
mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua
orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di
rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat
yang mengurus jenazah istrinya.
“Pak, ini jenazah baik.” kata perawat
itu. Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???” “Tadi
kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini??
Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri
bapak ini.” “Subhanalloh…”
Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami
oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia
berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits
“Sesungguhnya bila seorang yang
beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia
didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih
bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari
surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang
tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya
dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata:
“Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada
ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan
begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci.
Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila
ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah
terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap
pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh
orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang
telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak
bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah
ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke
langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat
lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu
harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin
Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di
dunia ia pernah dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah).
“Sungguh sangat singkat kebersamaan kami
di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang.
Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa mengalir deras dari
pipi Yaqin.
0 komentar:
Posting Komentar